satu setengah menit di persimpangan


Cerita tentang hari ini, Selasa, 19 Februari 2013.

Hari ini aku berangkat ke kampus seperti biasanya, tidak ada yang aneh, kecuali rute jalan yang ku lalui berbeda dari biasanya.
Di persimpangan jalan tak jauh dari Malioboro, terpaksa ku hentikan motor karena traffic light dengan terang menyala merah. Sambil menunggu lampu menjadi hijau, seperti kebiasaanku di hari-hari yang lain, ku amati situasi dan kondisi di sekelilingku, mungkin saja ada hal aneh yang terjadi. Saat dengan sengaja lirikan mataku berjalan-jalan di sana, seorang pria muda nampak sedang menawarkan sebuah koran harian. Ia berjalan dengan wajah 'sumringah' menyodorkan koran yang ada ditangannya seraya menyebutkan nama koran itu kepada satu persatu pengendara mobil dan motor yang berhenti disana. Perlahan tapi pasti, ia mengabsen semua pengendara yang ada disana, mulai dari baris depan sampai ke barisanku.

"koran mba..?" katanya padaku masih dengan wajah 'sumringah'nya. Aku hanya tersenyum dan menggeleng, lantas ia melanjutkan langkah kakinya menawarkan koran-koran ditangannya kepada mereka yang ada disana. Aku masih mengamati lelaki itu dari spion motor. Ia telah menyelesaikan tugasnya, setidaknya ia telah mengabsen semua pengendara disana, walau ternyata tak satu orang pun membeli koran yang ia tawarkan tadi. Masih dengan keceriaan di wajahnya, ia kembali ke trotoar jalan, mengambil sebotol air dan meminumnya. Ia mungkin seumuran denganku. Kulit dan rambutnya coklat terbakar matahari. Wajahnya melukiskan gambaran kerasnya hidup. tapi di balik itu semua ia adalah lelaki yang halus dan penuh semangat, terlihat dari senyumnya yang selalu mengembang di tengah terik matahari siang itu. Sejenak kubayangkan ia adalah orang yang hebat. Beginilah cara Allah membagi hidup dengan adil kepada semua umatnya. Jika aku berada di posisi lelaki penjual koran itu, betapa aku takkan sanggup, panas, debu dan haru bergelut dengan rasa malu. Sebaliknya, jika ia berada di posisiku, mungkin ia juga takkan sanggup, luka dan masa lalu yang suram akan menghantui kapanpun dan dimanapun.

Namun di balik itu semua, aku yakin dia dan diriku adalah sama. Kami mempunyai alasan yang sangat kuat untuk bertahan hidup dan selalu berjalan tanpa mengenal lelah....

Tidak lama setelah itu, lampu kembali hijau, ku tarik pelan gas di tangan kananku dan pergi meninggalkan persimpangan itu...~

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates