Enam pertanyaan Imam Ghazali

 Suatu ketika, saya yang hidupnya selalu terlihat seperti telur di dalam sarang yang belum menetas ini, di beri kesempatan oleh sang ayah untuk mengikuti acara perkemahan sekolah. Masih sangat jelas terekam dalam benak detik demi detik yang saya lalui disana, mungkin karena jarang sekali saya memiliki kesempatan untuk ikut berkemah. maklum, Izin sang ayah yang terlalu sulit di dapat. Waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 3 MTs atau setara dengan kelas 3 SMP. Selama satu minggu perkemahan, setiap ba'da Maghrib, selalu ada guru yang bergiliran menyampaikan ceramah agama di panggung utama lapangan. Jarang sekali peserta perkemahan yang mau duduk beberapa menit saja untuk mendengarkan ceramah itu, terlihat dari lengangnya lapangan tiap kali ceramah dimulai, termasuk saya. :D
Suatu ketika, tanpa sengaja saya lewat di depan panggung utama tempat Guru berceramah. Entah apa yang menarik saya untuk menyimak ceramah di kesempatan itu. Tapi di balik ketidak sengajaan itu, sampai saat ini saya selalu bersyukur dan merasa beruntung. Ceramah di sore itu menegur saya, dan menjadi pelajaran berharga yang masih saya ingat dengan jelas sampai sekarang.

Waktu itu, Guru yang berceramah adalah seorang Guru Mts dari daerah Parigi, Sulawesi Tengah. Inilah isi ceramah yang ia suarakan dengan lantang lengkap dengan logat khas bugisnya.

"Pada suatu kesempatan, Imam Ghazali mengajukan 6 pertanyaan kepada murid-muridnya. Pertanyaan pertama :

1. Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?

Murid-murid Imam Ghazali menjawab “orang tua ustadz,,, guru, kawan, dan sahabatnya”. Imam Ghozali tersenyum dan berkata, "semua jawapan itu sudah betul... Tetapi masih ada lagi yang paling dekat dengan kita". Murid Imam Ghazali terdiam menunggu jawaban selanjutnya. "yang paling dekat dengan kita adalah 'KEMATIAN', Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati".

Lalu Imam Ghazali menyebutkan pertanyaan kedua,
 
2. Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?

Murid -muridnya menjawab “negara Cina ustadz, bulan, matahari dan bintang -bintang”. Lalu Imam Ghozali dengan tersenyum menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan itu sudah betul. Tapi ada yang paling betul, yaitu “MASA LALU”. Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

3. Apa yang paling besar di dunia ini?”


Murid-muridnya menjawah “gunung ustadz, bumi dan matahari”.
"Semua jawaban itu benar", kata Imam Ghozali. "Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah 'NAFSU'. Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka".

4. Apa yang paling berat di dunia ini?


Ada yang menjawab “besi dan gajah”.
"Semua jawaban itu sudah benar", kata Imam Ghozali, "tapi yang paling berat adalah “MEMEGANG AMANAH”. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

5. Apa yang paling ringan di dunia ini?

Ada yang menjawab “kapas, angin, debu dan daun-daunan”.
"Semua itu benar", kata Imam Ghozali, "tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.

6. Apakah yang paling tajam di dunia ini?

Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang ustadz....”.
"Benar", kata Imam Ghozali, "tapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA” Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri".

Setelah sang Guru mengakhiri ceramahnya, saya kembali ke tenda dengan perasaan yang berkecamuk. Hanya 6 poin, tapi banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari sana untuk sesegera mungkin diterapkan. Bahkan saya masih ingat dengan jelas saat detik-demi-detik saya menyimak Guru yang berceramah dengan logat bugis itu. Walau saya tidak tau namanya, saya selalu berdo'a untuk kebaikan beliau, semoga ini dapat menjadi amal jariyah nya kelak. Amin
semoga bermanfaat..^^

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates