kisah ini menceritakan tentang betapa persahabatan adalah hal yang menakjubkan dan ajaib...
di awali dengan kisah persahabatan seorang lelaki dan perempuan, sebut saja namanya Budi dan Indah. mereka mulai saling mengenal saat memasuki semester ke tiga di bangku Strata 1. kehidupan berjalan begitu menyenangkan bagi mereka, bagaikan dua anak kecil yang belum mengerti pahitnya kopi dan hanya mengerti manisnya sebutir permen. mereka bukan kakak beradik, bukan juga sepasang kekasih ataupun sepasang suami-istri. mereka hanya sepasang sahabat. mereka masih selalu bersama, bahkan sampai pada perjuangan mendapatkan gelar 3,5 tahun dan pekerjaan layak pun mereka masih bersama. sudah 3x dalam 2,5 tahun mereka berpindah pindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain secara bersama-sama.
suatu sore di hari minggu, tanpa sengaja Indah bertemu Iwan, teman lama masa kuliah dulu. mereka duduk bersama menikmati senja yang mulai memudar di pelataran sebuah warung kopi. mereka saling menanyakan kabar dan bertukar cerita satu sama lain. tidak ada keakraban disana... hanya makna-makna kesombongan yang muncul dari setiap kalimat yang Iwan ucapkan dan gurat-gurat ke-muak-an yang tersirat di wajah Indah. disela-sela pembicaraan Indah terdiam, lama. Iwan menanyakan masalah apa yang membuat Indah terdiam begitu lama. Indah berdeham dan memulai ceritanya.
"aku hanya sedikit teringat masa lalu..." katanya dengan senyum tertahan
"masih ku ingat dengan jelas, di awal semester ke dua perkuliahan kamu mengajakku berkenalan... setelah itu, hampir setiap hari kita bertemu, seolah tak ada waktu yang patut dilupakan untuk hal itu. kita membuat hari demi hari menjadi jam-jam yang yang selalu terasa berarti. mengisinya dengan saling menyemangati dan saling mengucapkan kata-kata bijak yang kita punya. saat seperti itu, rasanya seperti tak pantas dilupakan. tapi sekarang aku baru sadar, saat kita saling bertukar pikiran dan pendapat, sebenarnya yang ada disana hanyalah niat untuk saling menonjolkan ego dan keistimewaan diri sendiri." lagi-lagi Indah terdiam sejenak dan mengambil nafas panjang,
"tapi semua itu tidak mengapa... aku sempat merasa bahagia atas persahabatan dan keakraban yang pernah kita bangun. dari hari ke hari di semester itu, kurasa kita semakin dekat, bahkan melebihi kedekatan seorang sahabat. kamu pun demikian. saat itu aku merasa kamu bagaikan dewa penyelamat yang menarikku dari kehancuran yang perlahan-lahan menderaku. pernah kutanyakan, mengapa kamu begitu peduli padaku... 'karena kamu adalah orang yang begitu baik...' itulah yang kamu katakan saat itu. tapi semua seolah bertolak belakang dengan sikap dan kata-katamu. di awal semeter 3, kamu menjauhiku. saat aku terdera musibah yang meruntuhkan dinding pertahananku, kamu mulai menjauh. semakin hari kamu semakin jauh, menghindar dan akhirnya hilang... tak ada lagi keakraban, tak ada lagi senyum dan sapa seperti hari-hari sebelumnya... tidak ada lagi hari seperti hari yang dulu tak pernah ingin dilupakan. dan aku merasakan sesak itu, sakit itu, dan luka yang tak terperi sakitnya...."
"aku hanya bisa menyapamu lewat dinding kamarku yang hampa. dan memandang mu dari balik awan yang kelabu. kamu menjadi seseorang yang seolah-olah tak pernah ku kenal. dan anehnya,,, aku tak pernah lagi melihat senyum dan tawamu yang renyah seperti dulu kepadaku. aku hanya bisa melihat punggungmu yang berjalan menjauh dan hilang bersama gadis-gadis yang jauh lebih sempurna dariku. senyum dan tawamu begitu renyah kudengar. suara lantangmu begitu bersahabat kudengar. tapi itu semua tak lagi untuk aku.. tapi untuk mereka yang lebih sempurna dariku. tak pernah ada keakraban sejak saat itu hingga saat aq duduk disini, berjajar denganmu menatap langit yang sama, keakraban itu telah hilang dan tak pernah lagi terjadi. saat itu dan sampai saat ini, aku bertanya tanya dalam hatiku..."
"apa yang salah denganku...? atau apakah yang salah denganmu...?"
Iwan terdiam mengingat persahabatan singkat mereka 6,5 tahun yang lalu. Iwan mengangkat kepalanya dan menerawang jauh ke atas senja yang kian memudar.
"tidak ada yang salah... bukan Indah yang salah, dan tentunya juga bukan saya. mungkin yang salah adalah keadaan... 6 bulan berjalan tanpa alasan saat itu, saat kita menjadi sahabat dekat... dan entah mengapa diujung kedekatan itu saya merasa bosan. saya hanya merasa jenuh dan ingin mencari sesuatu yang lain, yang baru dan yang saya kejar selama ini. saya rasa Indah pun bosan dengan keadaan yang seperti itu". jawab Iwan dengan nada datar.
"jadi kamu bosan...?" tanya Indah sambil berdiri dari duduknya. ia berjalan menuju pemilik warung kopi dan membayar tagihan untuk secangkir kopi mocca dan secangkir kopi susu. ia kembali menghampiri Iwan dan berkata bahwa ia sudah harus pulang karena hari mulai gelap. setelah mengucapkan selamat tinggal dan berterima kasih, Indah berjalan menjauh, meninggalkan Iwan. ia berjalan dibawah langit senja yang kini mulai berubah menjadi kelabu menyusuri pinggiran pikiran dan perasaannya yang terabaikan dan terbuang.
keesokan harinya di kantor, Indah kembali bertemu dengan Budi. hari itu, tak seperti biasanya Indah menekuk wajahnya sepanjang jam kerja. sepulang kerja, Budi menawarkan Indah untuk makan malam di kedai Ramen favorit mereka. sesampainya di kedai, Budi menanyakan tentang kondisi Indah yang tak biasa hari ini.
"aku bertemu Iwan kemarin. kami bercerita tentang masa-masa di kampus dulu...." Budi mengangguk paham.
"aku menanyakan padanya tentang persahabatan kami yang hanya berjalan di satu semester dulu. dan dia mengatakan bahwa dia bosan menjadi sahabatku... sekarang, aku hanya ingin bertanya padamu. Iwan yang menjadi sahabatku selama 6 bulan saja merasa bosan denganku. apakah kamu yang selama ini selalu menemaniku tidak bosan menjadi sahabatku??"
Budi tersenyum, kemudian tertawa. ia berkata bahwa ia tidak pernah merasa bosan selama menjadi sahabat Indah, bahkan ia merasa senang.
"aku gak pernah merasa bosan Indah, jangankan 6 bulan. bahkan kita udah 6 tahun jadi sahabat... sekarang justru aku yang ingin tanya, apakah kamu tidak bosan beteman denganku?? karena rasa-rasanya aku ini seperti ingin menjadikan kamu teman hidup di sepanjang umurku". :)