Sekilas Tentang Ebony Sulawesi (Kayu Hitam)
(Kayu hitam sulawesi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Kayu-hitam Sulawesi adalah sejenis pohon penghasil kayu mahal dari suku
eboni-ebonian (Ebenaceae). Nama ilmiahnya adalah Diospyros celebica,
yakni diturunkan dari kata "celebes" (Sulawesi), dan merupakan tumbuhan
endemik daerah itu.
Pohon, batang lurus dan tegak dengan tinggi sampai
dengan 40 m. Diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1 m, sering
dengan banir (akar papan) besar. Kulit batangnya beralur, mengelupas
kecil-kecil dan berwarna coklat hitam. Pepagannya berwarna coklat muda
dan di bagian dalamnya berwarna putih kekuning-kuningan.
Daun
tunggal, tersusun berseling, berbentuk jorong memanjang, dengan ujung
meruncing, permukaan atasnya mengkilap, seperti kulit dan berwarna hijau
tua, permukaan bawahnya berbulu dan berwarna hijau abu-abu.
Bunganya mengelompok pada ketiak daun, berwarna putih. Buahnya bulat
telur, berbulu dan berwarna merah kuning sampai coklat bila tua. Daging
buahnya yang berwarna keputihan kerap dimakan monyet, bajing atau
kelelawar; yang dengan demikian bertindak sebagai agen pemencar biji.
Bijinya berbentuk seperti baji yang memanjang, coklat kehitaman.
Pohon ini menghasilkan kayu yang berkualitas sangat baik. Warna kayu
coklat gelap, kehitaman, atau hitam berbelang-belang kemerahan. Dalam
perdagangan internasional kayu hitam sulawesi ini dikenal sebagai
Macassar ebony, Coromandel ebony, streaked ebony atau juga black ebony.
Nama-nama lainnya di Indonesia di antaranya kayu itam, toetandu, sora,
kayu lotong, dan kayu maitong. Kayu hitam berat dengan berat jenis
melebihi air, sehingga tidak dapat mengapung.
Kayu hitam
sulawesi terutama digunakan untuk mebel mahal, ukir-ukiran dan patung,
alat musik (misalnya gitar dan piano), tongkat, dan kotak perhiasan.
Jenis ini hanya terdapat di Pulau Sulawesi, di hutan primer pada tanah
liat, pasir atau tanah berbatu-batu yang mempunyai drainase baik, dengan
ketinggian mencapai 600 m dpl. Secara alami, kayu hitam sulawesi
ditemukan baik di hutan hujan tropika maupun di hutan peluruh.
Kayu ini telah diekspor ke luar negeri semenjak abad ke-18. Pasar
utamanya adalah Jepang. Pasar sekunder adalah Eropa dan Amerika Serikat.
Karena perkembangan populasi yang lambat dan karena tingginya tingkat
eksploitasi di alam, kini kayu hitam sulawesi telah terancam kepunahan.
Ekspor kayu ini mencapai puncaknya pada tahun 1973 dengan jumlah sekitar
26,000 m3, dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya terus menurun
karena kekurangan stok di alam.
Untuk melindunginya, kini IUCN menetapkan statusnya sebagai rentan (vulnerable ) dan CITES memasukkannya ke dalam Apendiks 2.
salah satu hutan lindung ebony berada di daerah Parigi Moutong Kec. Sausu, Sulawesi Tengah.