"Just think for tomorrow, not for something in the past"
~M. Akhyar Adnan

hidup itu...

hidup adalah untuk orang lain. ketika hidup itu berjalan dalam jawaban sebuah pertanyaan,
 'bagaimana kita berinteraksi dengan org lain'.
hidup adalah untuk diri sendiri, ketika hidup itu berjalan dalam jawaban sebuah pertanyaan,
 'bagaimana org lain berinteraksi dengan kita'.


hiduplah seperti ilalang,,, wlau tertiup angin, ia hanya bergoyang lembut tanpa bergeming pergi dari tempatnya... walau akhirnya kering dan mati, tapi ia akan kembali tumbuh dengan warna yang lebih hijau...

~Aoi

Malam itu angin bergemuruh...
Guntur meledak-ledak dan hujan berderu deras berdampingan dengan kilatan-kilatan petir...
Oh, ternyata di gubuk reot itu... tengah lahir seorang anak manusia.
Tapi tangis pertamanya ke dunia tidak disambut dengan senyum.
hanya duka dan lara...
Bukan karena kesulitan hidup yang ia alami.
Tapi karena dunia ini terlalu sempit untuk orang-orang seperti mereka..
Disana, disana dan disetiap tempat hanya dipenuhi oleh orang-orang yang hanya bisa berlindung dibawah ketiak emas ibunya,
bermegah-megahan dibawah janggut berlian ayahnya
sedangkan mereka, dicaci, dihina, diludahi
Hati mereka di cabik, disayat dan dibunuh!
Bukankah hidup ini hanyalah milik Tuhan? dan akan kembali pada Tuhan.
Tapi mengapa mereka tidak diberi tempat??
padahal, justru orang-orang seperti merekalah yang mungkin lebih terhormat di mata alam


~Pembacaan Puisi paling berani sepanjang masa....
31 October at Kantin Utara by Ryza A.

Rumah Jepang


Gaya hidup di Jepang berubah secara dramatis setelah Perang Dunia ke-2, ketika banyak sekali orang dari daerah pindah ke kota-kota besar untuk mencari nafkah sebagai karyawan kantoran. Dengan tumbuhnya kota-kota, baik ukuran maupun populasinya, makin banyak orang yang pergi-pulang dari apartemen atau rumah mereka di pinggiran kota ke tempat kerja mereka di kawasan-kawasan pusat kota. Dulu rumah-tangga tradisional terdiri dari tiga generasi atau lebih yang hidup di dalam satu rumah. Dewasa ini rumah-tangga perkotaan cenderung terdiri dari orangtua dan anak-anak saja, sedangkan kakek-nenek tinggal di tempat lain.

 
RUMAH
Rumah tradisional Jepang dibuat dari kayu dan ditunjang tiang-tiang kayu. Namun dewasa ini rumah Jepang biasanya mempunyai kamar-kamar bergaya Barat dengan lantai kayu dan kerap dibangun dengan tiang-tiang baja. Lagi pula, makin banyak keluarga di kawasan perkotaan tinggal di gedung-gedung apartemen baja beton yang besar.

Ada dua perbedaan besar dengan rumah Barat, yakni orang tidak mengenakan sepatu di dalam rumah dan setidaknya ada satu ruang yang cenderung dirancang dalam gaya Jepang, berlantaikan tatami. Orang melepaskan sepatu begitu memasuki rumah agar lantai rumah tetap bersih. Genkan, jalan masuk, merupakan tempat untuk melepaskan sepatu, meletakkannya, dan mengenakannya kembali. Setelah melepaskan sepatu, orang Jepang mengenakan sandal rumah.

Tatami adalah sejenis tikar tebal yang dibuat dari jerami, sudah dipakai di rumah Jepang sejak sekitar 600 tahun yang lalu. Sehelai tatami biasanya berukuran 1,91 x 0,95 meter. Ukuran ruang/kamar biasanya didasarkan pada jumlah tatami. Lantai tatami terasa sejuk pada musim panas dan hangat pada musim dingin, dan tetap lebih segar daripada karpet selama bulan-bulan lembab di Jepang.






Template by:

Free Blog Templates